Yen Jatuh ke Level Terlemah Sejak 1990-an, Pasar Waspadai Intervensi Jepang
Thursday, April 25, 2024       04:59 WIB

Ipotnews - Yen merosot versus dolar AS, Rabu, jatuh ke level terlemah sejak pertengahan 1990 di atas area utama 155, dengan pasar waspada terhadap tanda-tanda intervensi dari otoritas Jepang untuk menopang mata uang mereka.
Ketika yen merosot, greenback menguat, pulih terhadap sebagian besar mata uang dari depresiasi yang dipicu data Selasa, yang menunjukkan aktivitas bisnis Amerika Serikat melambat bulan ini, demikian laporan  Reuters,  di New York, Rabu (24/4) atau Kamis (25/4) pagi WIB.
Dolar melesat setingginya 155,37 yen, terkuat sejak pertengahan 1990, sebelum jatuh kembali dalam perdagangan yang berombak, yang merupakan tanda kegelisahan pasar di sekitar level 155. Terakhir, dolar di 155,26 yen, naik sekitar 0,3%.
Pelemahan yen terhadap dolar memicu kegelisahan pasar seputar intervensi mata uang. Menteri Keuangan Jepang, Shunichi Suzuki, dan pembuat kebijakan lainnya mengatakan mereka mengamati pergerakan mata uang dengan cermat dan akan merespons jika diperlukan.
Pejabat senior partai yang berkuasa, Takao Ochi, mengatakan kepada  Reuters  bahwa penurunan mata uang menuju 160 dapat memicu intervensi. Ochi mengatakan jika yen merosot lebih jauh menuju 160 atau 170 terhadap dolar, "hal ini mungkin dianggap berlebihan dan dapat mendorong pembuat kebijakan untuk mempertimbangkan beberapa tindakan."
Namun pelaku pasar menganggap komentar Jepang terhadap yen tidak terlalu berarti.
"Pergerakan dolar/yen sejalan dengan apa yang terjadi dengan penilaian ulang dolar secara luas," kata Jayati Bharadwaj, analis TD Securities di New York. "Hal ini tidak didorong oleh spekulasi BOJ (Bank of Japan), seperti yang terjadi pada tahun lalu, namun pergerakan dolar yang didukung oleh fundamental."
Dia menambahkan, jika BOJ melakukan intervensi atas nama Kementerian Keuangan, mereka tidak akan menargetkan "angka bulat".
"Saya kira tidak ada angka spesifik yang diingat oleh BOJ. Yang pasti adalah besarnya langkah yang diambil," tambahnya.
BOJ akan memulai pertemuan kebijakan dua hari, Kamis, dan diperkirakan tidak mengubah pengaturan kebijakan serta jumlah pembelian obligasi, setelah menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2007 pada Maret.
Gubernur BOJ Kazuo Ueda mengatakan bank sentral mungkin menaikkan suku bunga lagi jika penurunan yen secara signifikan mendorong peningkatan inflasi.
Jatuhnya yen terjadi setelah serangkaian data inflasi Amerika yang kuat mendorong dolar ke level tertinggi dalam lima bulan, dan memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve kemungkinan tidak akan terburu-buru menurunkan suku bunga tahun ini.
Indeks Dolar (Indeks DXY), yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya yang dipimpin euro, terakhir naik 0,2% menjadi 105,84. Sebelumnya, indeks tersebut mencapai 105,59, level terendah dalam dua minggu, setelah data aktivitas Eropa yang mengejutkan dan melambatnya pertumbuhan bisnis AS, Selasa.
Greenback memangkas kenaikan, Rabu, setelah data menunjukkan pesanan baru untuk barang modal manufaktur Amerika meningkat secara moderat pada Maret, dan data untuk bulan sebelumnya direvisi lebih rendah. Laporan tersebut memperlihatkan belanja bisnis untuk peralatan kemungkinan masih lemah pada kuartal pertama.
Euro sedikit berubah jadi USD1,0697, menyusul reli Selasa setelah data menunjukkan aktivitas bisnis di zona euro berkembang pada laju tercepat dalam hampir satu tahun.
Poundsterling, sementara itu, naik 0,1% menjadi USD1,2460, melanjutkan reli Selasa karena data menunjukkan bisnis Inggris mencatat pertumbuhan aktivitas tercepat dalam hampir satu tahun. Pound juga terdorong oleh komentar dari Kepala Ekonom Bank of England, Huw Pill, yang mengatakan penurunan suku bunga masih jauh.
Jumat, pasar akan mendapatkan rilis ukuran inflasi yang disukai the Fed, indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE). Pasar saat ini memperhitungkan peluang 70% penurunan suku bunga AS yang pertama pada September, menurut FedWatch Tool CME Group.
Dalam mata uang lainnya, dolar Australia menguat 0,1% menjadi USD0,6497, setelah melesat setingginya USD0,6530 untuk kali pertama sejak 12 April, didukung data harga konsumen yang lebih panas dari perkiraan. Hal ini menyebabkan pasar mengabaikan harapan penurunan suku bunga Reserve Bank of Australia dalam waktu dekat. (ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM


Berita Terbaru